Popular Post

Buka Puasa Bersama Menwa Unbor 1436 H / 2015 M

By : Menwa Unbor
      Bulan ramadan merupakan bulan suci bagi umat muslim, dimana di bulan yang penuh berkah ini umat muslim diwajibkan untuk melaksanakan puasa selama 29 – 30 hari. Puasa yang di maksudkan tidak hanya menahan nafsu lapar dan haus saja, akan tetapi juga menahan nafsu batin di antaranya menahan amarah dan lain sebagainya.

      Momentum ramadhan juga biasanya dimanfaatkan oleh umat manusia sebagai ajang silaturahmi serta reuni. Maka dari pada itu, Komando Resimen Mahasiswa Jayakarta Satuan Universitas Borobudur bermaksud menyelenggarakan Buka Puasa Bersama dengan harapan semakin eratnya tali silaturahmi antara Anggota Menwa dengan Alumni serta Mahasiswa Universitas Borobudur.

      Tanpa mengurangi rasa hormat kami. Komando Resimen Mahasiswa Jayakarta satuan Universitas Borobudur mengundang seluruh alumni Menwa Universitas Borobudur dalam kegiatan tersebut. hal-hal mengenai kegiatan buka bersama terlampir dalam Proposal dan Undangan :

Download Proposal :
                 Klik Disini
Tag : ,

Menwa Unbor Diving Course

By : Menwa Unbor
Video ini merupakan video kegiatan Latihan Selam / Kursus Scuba Diving yang untuk kedua kalinya di selenggarakan oleh pada Diver dari Unit Selam Menwa Borobudur, dalam kegiatan ini di Instrukturi oleh Kapt. CHB Angga Nugraha, S.Kom, dan diikuti oleh 3 siswa yang merupakan senior anggota Menwa Unbor dan Senior dari Menwa Universitas Indonesia.



Latihan Praktek Kolam Scuba Diving Menwa Borobudur

By : Menwa Unbor
      Resimen Mahasiswa Jayakarta saruan Universitas Borobudur memiliki sub unit kegiatan yakni unit Selam, dengan instruktur selam dari Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur. Instruktur selam yang juga merupakan Alumni Mahasiswa Universitas Borobudur dan Senior dalam keanggotaan Resimen Mahasiswa Jayakarta satuan Universitas Borobudur (Menwa Borobudur),

       Video berikut merupakan dokumentasi kegiatan Latihan selam atau Scuba Diving Courses yang di selenggarakan oleh Menwa Borobudur, kegiatan ini diikuti oleh anggota Menwa Borobudur baik senior maupun Menwa aktif, dan juga anggota dari kesatuan lain.


                                         

Pengenalan Media Teknologi Informasi

By : Menwa Unbor
  Sabtu, 4/1/2014 - Menwa Unbor menyelenggarakan Pengenalan Media Teknologi Informasi bagi para staff. Kegiatan yang dimulai pada pukul 15.00 WIB diikuti oleh beberapa staff antara lain Kaprov, Ksu Ter, Ang Ksu Ops, dan Ang Ksu Pers.
Kegiatan penyampaian materi dilaksanakan di Markas Komando Resimen Mahasiswa Universitas Borobudur dengan pemateri Komandan Satuan Ichsan Yudha Pratama.



Sumber : http://menwaborobudur.blogspot.com/

Tag : ,

Pentingkah Bela Negara Saat Ini...???

By : Menwa Unbor
Menurut :
Nama : Okcitra Mia Kuayo
Satuan : Menwa Unbor Jakarta
      Salam sejahtera bagi kita semua, Nama saya Citra asal Nabire, Papua. Saya calon anggota Resimen Mahasiswa Satuan Universitas Borobudur Jakarta. 

Menurut saya,
      Negara akan tegak berdiri kalau kita sebagai warga negara pempertahankan negaranya, hidupnya aman, tertip, dan damai. Oleh sebab itu menurut saya bela negara saat ini sangat penting. Saya mengatakan sangat penting karena sampai saat ini kita sebagai anak bangsa belum menyadari makna yang terkandung dari kata “bela negara” hal itu dikarenakan kita hanya memandang artinya dari satu titik saja.

      Bela negara bukan berarti kita berperang menggunakan senjata tetapi berjuang dengan alat tulis kita agar kita mengetahui berbagai informasi dari dalam dan luar, cara berpikir kita untuk memajukan negara kita, tindakan kita untuk sesama dan negara ini, untuk mempertahankan negara dari berbagai ancaman, untuk menjaga keutuhan negara karena itu adalah kewajiban dari kita tiap warga negara.

      Pentingnya bela negara saat ini bagi suatu bangsa merupakan keharusan yang harus kita tanamkan pada diri kita sejak  dini pada generasi muda sebagai genersi penerus bangsa. Generasi muda adalah generasi penerus dan harapan bangsa,motor perjuangan atau kader pemimpin masa depan sebagaimana yang dikobarkan oleh presiden R.I  pertama Ir. Soekarno : “berikan aku seribu anak muda maka aku akan meindahkan gunung, tapi berikan aku sepuluh pemuda yang cinta tanah air maka akan ku guncang dunia “.  Generasi muda adalah sebagian dari integral komponen pembangunan bangsa mempunyai nilai strategis  mengingat mereka adalah generasi penerus yang mewarisi bangs, melanjutkan pembangunan dan mengisi kemerdekaan pada saat ini dan masa-masa mendatang.
Tag : ,

Masih pentingkah bela Negara?

By : Menwa Unbor
Menurut :
Nama : Dausan Adam Parikesit
Satuan : Menwa Unbor Jakarta
      Assalamu'alaikum Wr.Wb. Nama saya Parikesit asal Solo, Jawa Tengah. Saya calon anggota Resimen Mahasiswa Satuan Universitas Borobudur Jakarta. 

Menurut saya,
      Bela Negara adalah salah satu dari sikap patriotisme, suatu kecintaan terhadap tanah air tercinta.  Dan untuk apa bela Negara itu? Untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan seperti yang dijelaskan dalam UUD 1945 banyak pasal yang mewajibkan kepada seluruh warge Negara untuk ikut serta dalam usaha pembelaan Negara. Dan saat kita masuk perguruan tinggi, pasti kita mendapat sedikit materi tentang pembelaan Negara. Dan usaha pembelaan negara pun banyak macamnya, antara lain dengan kita bergabung dengan militer dengan menanamkan jiwa patriotisme, sebuah paham yang mengajarkan kita untuk cinta tanah air. Mengangkat senjata membela tanah air dari serangan musuh maupun teroris. Dengan cara lain kita tetap bisa turut serta dalam upaya pembelaan negara antara lain dengan cara meningkatkan rasa nasionalisme kita. Dengan demikian kita semakin sadar bahwa kita dituntut untuk memajukan negara kita dengan melestarian budaya Indonesia ikut berpartisipasi dalam sistem politik dengan tujuan untuk menata kembali sistem-sistem politik yang banyak disalahgunakan oleh para koruptor. Dengan cara kita sadar hukum dan mematuhi setiap peraturan-peraturan yang ada baik yang tercantum dalam Undang-undang dasar negara tahun 1945, peraturan pemerintahan maupun peraturan / norma yang ada dalam masyarakat.

      Upaya bela negara harus kita tanamkan sejak dini sejak kita mulai dibangku SD dengan adanya pelajaran Pancasila dan kewarganegaraan. Dari situ perlahan kita tanamkan jiwa nasionalis sekaligus patriotisme.  Dengan demikian kita dapat mengajak para generasi penerus bangsa untuk sadar akan pentingnya bela negara. Kesadaran akan pentingnya bela negara sangat mempengaruhi kelangsungan suatu negara tersebut. Karena kalau bukan kita siapa lagi yang akan menjaga keutuhan dan kesatuan negara tersebut?

      Resimen mahasiswa merupakan wadah yang sangat baik dalam menanamkan jiwa nasionalisme dan juga patriotisme. Disini kita diajarkan bagaimana kita dapat bergabung didalam upaya pembelaan negara. Kita diperkenalkan secara lebih dekat untuk bisa membela Negara Kesatuan Republik Indonesia.

      Di era modern seperti sekarang ini. kita harus terus meningkatkan semangat Bela Negara karena seperti kita tahu, kecanggihan teknologi yang semakin maju dan terus berkembang, negara kita semakin ringkih untuk bisa bertahan. Untuk itu kita sebagai mahasiswa kita harus turut serta dalam upaya membela negara. Baik dari segi teknologi dan informasi kita jangan pernah menyerah untuk terus belajar dan belajar. Banyak celah yang bisa dimanfaatkan oleh teroris untuk meruntuhkan kedaulatan negeri ini. Untuk itu kita harus terus menanamkan, dan memupuk rasa cinta tanah air untuk tetap membela keutuhan, kesatuan dan kedaulatan nusantara tercinta ini.
Tag : ,

Pentingkah bela negara saat ini ?

By : Menwa Unbor
Menurut :
Nama : Syifa Fauziah
Satuan : Menwa Unbor Jakarta

Syifa Fauziah
      Bela negara adalah tekad, sikap, dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara pembelaan negara bukanlah semata mata tugas TNI, tetapi segenap warga negara sesuai dengan profesi dan kemampuan wargga negara itu sendiri. Kesadaran bela negara pada hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesedian berkorban membela negara . konsep bela negara dapat diartikan secara fisik ataupun nonfisik . secara fisik dengan menggangkat senjata menghadapi seragan musuh. Secara nonfisik dapat dilakukan dengan segala upaya untuk memperhankan Negara dengan cara menngkatkan  rasa nasionalisme, yakni kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air dan berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara.  Contoh lain dari bela negara adalah melestarika budaya, belajar dengan rajin pagi para pelajar, taat akan hukum dan aturan-aturan negara. Lalu pentingkah bela negara saat ini ?

      Bela negara sangat penting bagi kelangsungan suatun negara itu sendiri . karena jika tidak ada kesadaran akan bela negara maka bukan hal yang mustahil suatu negara bisa kembali di jajah olleh negra lain . penjajahan ini bukan hanya dalam bentuk seperti penjajahan jaman dulu tetapi bisa dalam bentuk lain misalnya dengan meggeser sedikit demi sedikit budaya bangsa dengan budaya asing . Dalam hal ini bela negara sangat diperlukan untuk membentengi rasa nasionalisme warga negara itu sendiri. Mereka yang tidak memiliki kecintaan terhadap negar nya, tidak memiliki jiwa untuk membela negaranya bukal hal yang tidak mungkin mereka bisa melupakan budaya bangsa mereka sendiri dan lebih memilih mencintai budaya lain.

      Maka dijaman yang serba modern serba global dengan segala kecanggihan IPTEK bela negara sangatlah penting untuk menjamin kelangsungan suatu negara. Dengan adanya rasa cinta dan pembelaan pada negara, suatu negara akan berdiri kokoh karena didalamnya terdapat penghuni-penghuni yang mencintai dan membela negara itu sendiri .

Tag : ,

Pentingkah Bela Negara Saat Ini ?

By : Menwa Unbor
Menurut :
Nama : Nur Sa'dah
Satuan : Menwa Unbor Jakarta
       Assalamualaikum Wr. Wb, nama saya Nur Sa'dah, calon anggota Resimen Mahasiswa Jayakarta satuan Universitas Borobudur Jakarta.
Menurut saya :
      Pentingnya kesadaran bela negara bagi suatu bangsa merupakan keharusan yang mutlak yang ditanamkan sejak dini pada generasi muda sebagai generasi penerus bangsa. Setiap bangsa secara simbolik selalu melukiskan bahwa pemuda  adalah harapan bangsa, motor  perjuangan atau kader pemimpin masa depan, sebagaimana yang pernah dikobarkan oleh Presiden R.I pertama Ir. Soekarno : " berikan aku seribu anak muda maka aku akan memindahkan gunung, tapi berikan aku sepuluh pemuda yang cinta tanah air maka akan ku guncang dunia".  Musuh terberat dewasa ini adalah ancaman melalui bidang Informasi Teknologi, sosial dan budaya.

      Pendidikan Kesadaran Bela Negara Nasional, Pendidikan ini bertujuan untuk meningkatkan rasa kebangsaan dan jiwa Patriotisme. Generasi muda sebagai bagian dari integral komponen pembangunan bangsa mempunyai nilai strategis mengingat mereka adalah generasi penerus yang mewarisi bangsa, melanjutkan pembangunan dan mengisi kemerdekaan pada saat ini dan masa-masa mendatang. Dipundak generasi mudalah menjadi tumpuan, harapan dan kunci keberhasilan bagi kemajuan bangsa dimasa depan. Bila generasi muda rusak, sulit dibayangkan bagaimana nasib masa depan bangsa ini. 

      Pernahkah kalian memiliki barang yang diganggu atau akan diambil alih orang lain yang tidak berhak? Apakah kalian berusaha membela atau mempertahankannya? Pasti kalian mempertahankannya bukan? Setiap manusia normal secara naluriah pasti akan selalu melindungi, membela, dan mempertahankan apa yang dimiliki dari ganguan orang lain. Lebih-lebih jika sesuatu itu sangat disenangi, sangat penting, dan sangat berharga bagi kalian.

      Hal lain yang sangat penting bagi kehidupan kita adalah negara. Pada dasarnya setiap orang membutuhkan suatu organisasi yang disebut negara. Apa yang akan terjadi jika tidak ada negara? Thomas Hobbes pernah melukiskan kehidupan manusia sebelum adanya negara yaitu ”manusia merupakan serigala bagi manusia lainnya” (Homo Homini Lupus) dan ”perang manusia lawan manusia” (Bellum Omnium Contra Omnes). Dengan demikian, jika tidak ada negara pasti tidak akan ada ketertiban, keamanan, dan keadilan.

      Supaya hidup tertib, aman, dan damai maka diperlukan negara. Negara akan tegak berdiri jika dipertahankan oleh setiap warga negaranya. Oleh karena itu, membela negara sangat penting dilakukan oleh setiap warga negaranya. Ada beberapa alasan mengapa usaha pembelaan negara penting dilakukan oleh setiap warga negara Indonesia, diantaranya yaitu:

      a. untuk mempertahankan negara dari berbagai ancaman;
      b. untuk menjaga keutuhan wilayah negara;
      c. merupakan panggilan sejarah;
      d. merupakan kewajiban setiap warga negara.

      Alasan-alasan pentingnya usaha pembelaan negara tersebut dapat dihubungkan dengan pertama, teori fungsi negara, kedua, unsur-unsur negara, ketiga, aspek sejarah perjuangan bangsa (merupakan panggilan sejarah), dan keempat, peraturan perundang-undangan tentang kewajiban membela Negara.


Tag : ,

Menwa, Bukan Militer Mini di Kampus

By : Menwa Unbor
Sumber Gambar : pbs.twimg.com
SETIAP kampus biasanya memiliki resimen mahasiswa (menwa): salah satu unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang menjadi sarana pengembangan diri, perluasan wawasan dan peningkatan keikutsertaan dalam bela negara.
Tujuan pembentukan menwa tentu mulia. Antara lain sebagai wadah penyaluran potensi mahasiswa untuk mewujudkan hak dan kewajiban warga negara dalam bela negara. Juga menyiapkan mahasiswa agar memiliki disiplin, pengetahuan, fisik dan mental yang prima.
Namun sebagian masyarakat, bahkan kalangan mahasiswa sendiri, kini punya pandangan miring dan negatif mengenai organisasi tersebut. Akibatnya, jumlah peminat tak sebanyak UKM lainnya.
Mereka menganggap menwa hanya berisi kegiatan-kegiatan fisik yang melelahkan, yang malah memengaruhi konsentrasi belajar mahasiswa. Mereka menganggap menwa adalah ''militer mini'' di kampus.
Padahal anggapan itu tidak benar. Menurut Komandan Menwa Satuan 901 Undip, Arga Kuspriandika, anggota menwa memang dituntut memiliki kesegaran jasmani yang baik, sehingga latihan fisik tetap harus dijalankan.
''Tetapi itu tidak menghilangkan peran mereka sebagai kaum intelektual muda yang punya tugas menuntut ilmu di kampus. Jadi menwa tidak hanya berkutat pada kegiatan fisik, tapi juga kegiatan yang dapat mengasah kemampuan intelektual mahasiswa,'' kata mahasiswa D3 Sastra Bahasa Jepang (angkatan 2003) ini.
Banyak Manfaat
Arga menambahkan, banyak manfaat yang dipetik anggota menwa. Misalnya, mempunyai kesempatan mengikuti pelatihan jiwa kepemimpinan, kedisiplinan, dan keterampilan untuk survive.
Dia sependapat agar menwa tak terjebak dalam euforia kemiliteran, sehingga masyarakat dan mahasiswa sampai memiliki pandangan negatif tentang keberadaan organisasi ini. ''Ke depan kita ingin lebih eksis. Makin diterima masyarakat dan kalangan kampus sendiri. Namun, jati diri menwa jangan dipahami setengah-setengah,'' tegasnya.
Eko Andi Purnomo, wakil komandan Menwa Satuan 902 Unnes, menjelaskan awal mula pembentukan menwa di masa lalu. Yaitu menangkal paham komunis yang masuk melalui dunia kampus.
''Sekarang, sesuai perkembangan jaman, menwa dapat berperan sebagai stabilisator dan dinamisator bagi kehidupan internal kampus. Saat ini kita mendidik anggota agar memiliki kemampuan keprajuritan dan intelektualitas tinggi, yang bisa diaplikasikan ke masyarakat maupun di kampus sendiri,'' kata mahasiswa asal Blora ini.
Mahasiswa Jurusan Matematika angkatan 2003 ini menambahkan, Menwa Unnes memiliki banyak kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Misalnya Tim SAR, pengiriman relawan ke berbagi daerah bencana (Aceh, Klaten, Merapi), dan sebagainya.
Menwa Perempuan
Sebagaimana di Polri dan TNI, rekrutmen anggota menwa tak hanya dikuasai kaum lelaki saja. Tidak sedikit perempuan yang berkiprah, dan menunjukkan prestasinya.
Hal inilah yang mengilhami Dewi Yuliningsih -mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia Unnes- bergabung menjadi anggota menwa.
''Banyak pengalaman, wawasan, dan teman,'' kata anggota baru itu. Pengalaman paling berharga adalah saat pendidikan awal penerimaan calon.
Mahasiswi asal Pemalang tersebut mengaku sempat dilarang teman-teman kos saat akan ingin mendaftar jadi anggota menwa. ''Setelah saya masuk, banyak teman kos yang tanya apa saja kegiatan yang dilakukan. Eh, banyak di antara mereka yang kemudian tertarik''.
Menurut Dewi, mengikuti kegiatan menwa tidak akan menghilangkan sisi-sisi kewanitaan seseorang. Justru kepribadiannya akan ditempa, sehingga menjadi perempuan yang lebih kuat, tangguh, dan mandiri. (Dela Sulistiyawan Yunior-32)

Argumentasi

By : Menwa Unbor

Masih Berguna
Fitri AlfarizFakultas Filsafat UGM
Resimen mahasiswa merupakan organisasi yang kegiatannya berbau kemiliteran. Maka, tak sedikit orang menganggap Menwa itu antek militer. Di Menwa itu belajar kemiliteran, organisasi militer, dan hal-hal berbau militer lainnya.
Pandangan ini perlu diluruskan. Menwa terbentuk dari tentara pelajar sekitar tahun 1962. Pada zaman itu, negara kita benar-benar membutuhkan pasukan yang tak hanya hebat fisiknya, tetapi juga cerdas otaknya.
Waktu itu, Menwa dipercaya presiden. Bahkan, pembentukannya di bawah payung hukum Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri, yaitu Menteri Pendidikan, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan. Dengan adanya SKB itu, kehidupan Menwa sungguh sejahtera, segala kebutuhan yang diperlukan selalu terpenuhi.
Bagaimana dengan Menwa kini? Kalau Menwa zaman dulu lebih ditekankan pada kata resimen, Menwa sekarang lebih ditonjolkan pada kata mahasiswa.
Semenjak SKB tiga menteri itu dicabut tahun 2000, ada banyak pergolakan di tubuh Menwa. Bahkan, Reformasi 1998 pun menyuarakan agar Menwa dibubarkan.
Payung hukum Menwa sekarang adalah rektor perguruan tinggi masing-masing. Menwa tak lebih sekadar Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), yang posisinya sama dengan UKM lainnya.
Di Malaysia, sebutan Menwa namanya Palapis. Perbedaannya sungguh besar. Di Malaysia, mereka dibayar, diberi asrama, bahkan ketika lulus langsung menjadi perwira Angkatan Darat.
Di Indonesia, mengikuti Menwa merupakan panggilan hati. Tanpa dibayar, tanpa asrama bagus, tanpa iming-iming jabatan.
Mengapa Masuk Menwa?
Adrian PromediazTeknik Perminyakan ITB 2008, Resimen Mahasiswa Batalyon I/ITB
Menwa, pertama kali mendengar kata-kata itu, yang ada dalam benak saya adalah muda-mudi berseragam tentara yang suka latihan fisik layaknya TNI. Atau, sekelompok orang yang kurang disukai mahasiswa yang berpandangan Menwa adalah militer masuk kampus.
Pandangan itu memang benar, tetapi tak seluruhnya benar. Saya anggota Menwa batalyon 1/ITB, Kompi C. Menwa adalah salah satu unit kegiatan mahasiswa di bidang pendidikan.
Mengapa di bidang pendidikan? Karena pendidikan yang saya ikuti di Menwa memberikan banyak hal untuk kehidupan sehari-hari.
Pertama, kedisiplinan. Memang benar Menwa tak jauh dari militer yang identik dengan sikap disiplin. Hadiah dan hukuman membuat saya terlatih disiplin. Para pelatih tak ”mencari-cari” kesalahan, tetapi menindak kesalahan dan memberi apresiasi setiap prestasi.
Kedua, kepemimpinan. Situasi lapangan mendidik saya berani mengambil keputusan dengan segala risiko, rela berkorban untuk sesama, taktis mencapai tujuan, dan ambisi yang kuat.
Salah satu Tri Dharma perguruan tinggi adalah pengabdian masyarakat. Salah satu contohnya, Batalyon 1/ITB mengirimkan personelnya untuk menolong korban gempa di Tasikmalaya 2009.
Bukan Tentara
Theresia Pare MereInstitut Pertanian Stiper Yogyakarta, Resimen Mahasiswa Satuan 13 Institut Pertanian Stiper Yogyakarta
Menwa ada karena sejarah. Bersikap tegas merupakan ciri yang kemudian dinilai militeristik. Penampilan dari ujung kaki yang bersepatu mirip tentara, sampai ujung kepala menggunakan baret ungu, membuat orang berpikir apakah Menwa ini tentara?
Menwa bukan tentara, tetapi Resimen Mahasiswa, bukan terlatih tetapi berlatih, bukan sok sibuk tetapi semangat, bukan perintah tetapi tanggung jawab, bukan idealis tetapi dedikasi dan loyalitas.
Dalam Menwa, saya mempelajari bagaimana menghormati dan menghargai orang lain, jiwa korsa dan rasa kekeluargaan karena anggota Menwa di kampus saya bukan hanya berasal dari satu daerah, tetapi dari berbagai daerah.
Keberadaan Menwa di kampus modern mengundang banyak pertanyaan, siapa Menwa, apa fungsinya? Banyak teman-teman menilai Menwa adalah polisi kampus dan mengira tugasnya semata-mata menjaga keamanan kampus.
Dalam kesehariannya, kegiatan intern Menwa, contohnya berlatih mountenering, geladi posko, dan bimbingan pemantapan (bintap). Kami juga membantu kampus dalam pelaksanaan kegiatan kampus, seperti ospek.
Apakah hanya dengan menjadi mahasiswa, yang kesehariannya belajar teori atau setelah dari kampus pulang ke tempat kos lalu tidur, kita bisa berkembang? Teori memang penting untuk menjadi pedoman, tetapi itu menjadi tidak berguna saat kita tak pernah mengaplikasikannya di lapangan.
 Dilihat Luarnya Saja
Muh Ahyani RakibTeknologi Pertanian/Fakultas Pertanian Unhas Makassar, Resimen Mahasiswa Indonesia, Rindam VII Wirabuana, Pakkatto, Gowa
Apakah Menwa masih militeristik? Resimen mahasiswa memang tak bisa dipisahkan dengan militer. Sebagai organisasi kemahasiswaan yang berbasis bela negara, untuk mendapatkan latihan bela negara atau olah keprajuritan, pastilah yang melatih militer.
Anggapan mahasiswa tentang Menwa terlalu terdikotomi oleh sejarah kelam militer di negara ini, sehingga Menwa ikut ditafsirkan sebagai perpanjangan militer.
Selama saya di Menwa, sedikit pun kami tak pernah dimanfaatkan golongan tertentu. Menwa dapat menjadi contoh pelebur dikotomi sipil-militer dalam masyarakat.
Singkatnya, ilmu resimen kami dapatkan dari militer, dan ilmu mahasiswa kami dapatkan dari kampus, untuk mewujudkan Tri Dharma perguruan tinggi untuk pengabdian kepada bangsa.
Apa dampak positif-negatifnya bagi kampus modern? Kampus Unhas bukan hanya kampus modern dan terbesar di Indonesia timur, tetapi juga kampus yang memiliki dinamika gerakan kemahasiswaan yang cukup keras dan kompleks.
Dalam tulisan dosen Unhas sekaligus pakar politik dan sosial, Dr Abdul Gaffar, yang melakukan survei kepada mahasiswa Unhas mengenai keberadaan Menwa, ternyata sekitar 70 persen mahasiswa Unhas sangat menginginkan Menwa tetap eksis, 20 persen berpendapat 50:50, dan 10 persen menolak.
Ketika ditanya tentang sikap disiplin, 70 persen mahasiswa menginginkan Menwa menjadi pioner dalam memberi contoh disiplin. Ini menandakan Menwa berdampak positif terhadap perkembangan kampus modern.

Semangatku Saya Diuji

By : Menwa Unbor
Sumber Gambar : www.famindonesia.com
      Siang yang terik untuk keluar dari tempat kost, tapi demi sebuah jaket dan kacamata yang sangat berharga ku relakan kulitku bermandikan sinar mentari. Bukan hanya itu, kondisiku yang sedang tidak fit ku paksa agar aku bisa sampai ke Mako (markas komando) Menwa UGM yang ada di sebelah barat bunderan UGM. Demi kenyamanan aku meminjam sepeda hijau di Fakultas Psikologi. Celakanya, saya minta izin meminjam sepeda itu kepada salah satu Dosen UGM. Hahahahaha, sangat merendahkan sekali. Its Ok, next, sepeda sudah ku pinjam lalu….perjalanan pun dimulai. Sambil mendengarkan The Cavaliers 2007, So Its Goes, ku kayuh sepeda hijau ini menuju mako menwa.

      Setelah sampai aku langsung menanyakan kondisi jaket dan kacamataku. Alhamdulilah ternyata ada, nah inilah yang membuat aku merasa kaget. Di markas ada pembicaraan antara seorang calon menwa (camen) bernama Ari dari fakultas MIPA ingin mengundurkan diri. Alasannya ingin pindah kampus atau banyak tugas kuliah, atau apalah. Hmmm berarti ini sudah dua kali aku mendengar pengunduran diri camen, setelah seorang camen cewek dari fakultas Filsafat semalem mengirimkan ku sms bahwa dia mengundurkan diri karena tidak mendapat izin dari orang tua nya.

      Hmmmmm, teman dan teman. Itulah salah satu kenapa aku ikut organisasi. Dalam kehidupan sehari-hari aku memang agak individualis, sehingga aku jarang mempunyai teman yang begitu akrab terutama setelah aku kost di Yogya. Diwawancarapun sudah aku kemukakan bahwa alasan aku ikut menwa adalah menambah pegalaman dan teman. Kenapa aku ikut marching band, Gama Cendekia dan yang terakhir menwa? Ya betul semua adalah UKM, kenapa saya ikut UKM? Kenapa tidak ikut lembaga mahasiswa yang ada di Fakultas Psikologi? Saya ingin mendapatkan teman dari berbagai macam disiplin ilmu. Siapa tahu kami bisa berdiskusi dan itu sangat menarik.    Oke sebenarnya saya setengah hati ikut menwa, saya malu memakai seragam menwa. Tapi saya yakin, saya akan mendapatkan ilmu yang lebih besar, teman yang lebih banyak, dan pengalaman yang tidak ternilai harganya jika saya ikut UKM ini. Meskipun beberapa teman sudah mengundurkan diri, saya yakin masih banyak teman-teman yang akan selalu menemani saya di menwa nanti. Semangat Iwan, hidup adalah sebuah pilihan. Kamu pasti bisa.

Sumber : http://tengakarta.wordpress.com/2008/12/01/semangatku-saya-diuji/

Menwa Itu Tangguh

By : Menwa Unbor

Gue gak ngerti apa akibat pembaca yang nanti membaca tulisan ini.
Semoga ga mengalami diare menahun di idung.
Semua kejadian ini bermula saat negara api menyerang. Si avatar butuh tentara yang siap membantu menyelamatkan dunia dari kehancuran. Dan gue sebagai seorang yang sadar akan kehormatan dalam pembelaan negara merasa terpanggil.
Apa hubungannya dengan menwa?
Karena yang gue denger menwa itu unik, satu satunya cara masuk hanya dengan mengikuti pendidikan selama 3 minggu. Dan  dalam pendidikan itu, kami dididik kedisiplinan dan ilmu keprajuritan untuk membela negara.
Oke, tapi itu sebenernya bukan tujuan gue masuk menwa.
Di awal masuk ITB gue diajak temen gue, ‘yas kan ITB liburnya 3 bulan nih, kalo kita pulang kampung takutnya ada hal yang harus di urus di ITB, tapi kalo di ITB ntar biaya makan kita membengkak.’
Gue tanggepin, ‘ah, iya juga ya. Aduh, gimana nih? Kan liburan ga termasuk rangkaian yg dibiayai pemerintah rumah tangga keluarga gue (bapak), ntar gue makan apa? Kalo gue ga makan ntar gue kurus? Kalo gue kurus ntar gue jadi ga mirip lagi ama Jet Li. Gimana nih?’ #dengan sedikit gubahan  hiperbola dari teks asli
‘Tapi gue dapet kabar katanya kalo ikut menwa ada pendidikan gitu selama 3 minggu. Disana dikasih makan gratis.’, lanjut temen gue.
Gue langsung bertekad bulat dan dengan semangat 45 memutuskan kalo gue bakal ikut menwa.
Nah itulah, alasan paling absurd yang pernah terjadi dalam idup gue.
Sekarang ke inti postnya kawan2 semua.
Banyak orang diluaran sana mencemooh menwa, ’apaan itu menwa, ga jelas, sia sia, aneh, otoriter, dsb.’. Tapi kalo menurut gue itu karena mereka hanya sekedar tahu diluarnya saja. Ingat, jangan lihat kacang dari kulitnya. Dan jangan beli sukro, karena isinya tepung semua!
Awalnya gue kira pendidikan itu kayak seminar. Makan, talkshow, coffe break, makan, talkshow, makan, tidur, makan, dan makan lagi (Oke, jujur semenjak ngekost orientasi makan gue jadi berlebihan). Meskipun kata angkatan atas yang ikut menwa, ‘kalo lo ikut, lo bakal dapat jauh lebih banyak dari yang lo harepin, jauh, pokoknya jauuuh’. Gue ga terlalu yakin, itu mungkin strategi marketing dia buat ngeyakinin pelanggan. Bisa aja kan ternyata begitu ikut selama 3 minggu gue dikirim buat jadi TKI.
Nah, tapi setelah gue liat beberapa foto angkatan atas waktu diklat, gue tertarik. Mereka bawa senjata di hutan. Itu udah kayak di film action. Muncul harapan, semoga begitu ini kelar, badan gue jadi kayak Rambo.
11 Juni 2012, pendidikan menwa dimulai.
Ternyata perjalanan ga semulus yang gue bayangin. Pada minggu awal, kami ber 26 ada di markas tentara Dodik Bela Negara yang berada di daerah Lembang. Sistem disana benar2 ketat, kedisiplinan kami diuji. Jadwal benar2 teratur, pukul 4 kami bangun, kemudian shalat 15 menit, kemudian pembinaan fisik (push up, sit up, lari, jalan jongkok, dsb) dengan jaket kulit. Apa itu jaket kulit? Jaket kulit ialah jaket yang terbuat dari kulit sendiri (maksudnya tanpa atasan). Bayangkan, jam segitu di daerah lembang tanpa baju. Rasanya kayak direndem diserbuk es yang dicampur garem. Sedikit kelamaan, lo udah jadi eskrim.  Kemudian makan pagi dalam waktu 3-5 menit. Abis itu, pembersihan kamar (10 menit). Kemudian materi sampe dzuhur. Shalat dzuhur 15 menit, kemudian pembinaan fisik (pake pakaian, rasanya kayak nasi yang di bungkus daun pisang terus dibakar #panas gan). Abis itu makan 3-5 menit. Kemudian materi sampe ashar. Shalat ashar 15 menit. Kemudian materi sampe maghrib. Shalat maghrib 15 menit. Kemudian makan malam 3-5 menit. Kemudian materi sampe jam 9. Habis itu pembinaan fisik (pake pakaian) dan ditutup dengan apel malam.
Kalo cuma sehari gamasalah, itu seminggu! Tiap materi kagak boleh ada yang mengantuk, kalo ngantuk hukuman bervariasi. Mulai dari dijemur, sampe direndem. Mantep ga tuh?
Rasanya hal yang membuat kami nyaman benar2 dibatasi.
Kalau malam, kami harus melumasi senjata kami dan menyemir sepatu. Selain itu, kami juga ada jadwal jaga malam yang bergantian. So, biasanya kami tidur cuma sekitar 2-3 jam tiap harinya.
Kenapa kami patuh?
Karena setiap kelakuan indisipliner, akan mendapat sangsi tegas. Hohoho
Kemudian mulai minggu kedua, kami mulai menjelajahi area area yang asing. Awalnya hanya hutan pinus yang berada di dekat markas. Kami menerapkan ilmu taktik perang yang sudah diajarkan sebelumnya di markas.
Aktivitas kami sudah semakin liar, karena kami tidak lagi tidur dalam barak di atas kasur yang empuk. Tapi kami tidur di tanah beralaskan selembar ponco. Di hutan pinus itu suhu udara gak manusiawi. Setiap kali bangun, gue ga bisa ngerasain jari2 tangan dan kaki gue karena membeku. #ga sampe jadi es sih.
Untungnya kami masih diberi makan, dan terus melakukan kegiatan. Sejak keluar dari markas, kami tidak terlalu dibatasi oleh waktu. Namun kami dibatasi oleh cahaya dan keadaan. Menyamar dan melakukan susur hutan kami lakukan. Namun salah satu teman kami tersesat ketika melakukan susur hutan. Untungnya, ia bertemu dengan warga daerah tersebut. Dan berhasil meloloskan diri dari kemalangan sebelum senja tiba.
Di hari kedua di hutan, jumlah kami berkurang menjadi 23 orang. 3 orang telah dinyatakan berpulang. Berpulang ke universitasnya maksudnya, karena mereka memiliki tradisi menwa lain yang harus dilakukan.
Dengan 23 orang, kami semakin menjadi erat. Kami terus berjalan ke arah pantai dengan beberapa misi.
Mulai dari naik ke gunung tangkuban perahu. Kemudian berjalan menyusuri kebun teh dan bermalam di antara daun teh. Mengirim pesan di tengah malam ke dalam hutan. Kemudian masuk ke tengah hutan yang lebih kejam dengan binatang yang lebih beragam (nyamuk, serangga yang bikin gatal, dsb). Survival  dan bertahan hidup tanpa logistik di tengah hutan.
Ada cerita menarik waktu survival. Pada awalnya kami memakan sisa makanan yang kami bawa. Itu sebenarnya sampah yang akan kami buang, namun karena kami lapar. Kami putuskan mengumpulkan sisa tulang2 ikan dan ayam dari sampah itu, kemudian kami makan meskipun rasanya sedikit basi.
Di hari berikutnya, kami hanya memakan batang pohon pisang, jantung pisang, dan pakis2an. Dan itu semua gak ada energinya, cuma serat doang. Kami tidak diberi apapun untuk memasak kecuali korek api, saat itu rasanya 1 hari sangat panjang, kami semua tergeletak lemas dan buas. Kami sempat membicarakan untuk memasak teman atau pelatih kami. Itu hanya bercanda ko. Namun disana kami memiliki mimpi yang sama ketika tidur. Makanan! Gue sampe bikin list makanan apa yang akan gue makan begitu ini kelar.
Meskipun kami lemas, kami tetap harus sigap, setiap ada sirine kami harus segera memakai pakaian lengkap dan bersiap pergi dari t4 itu. Jadi tidak jarang, meskipun sepatu kami basah, tetap kami pakai saat kami tidur. Dan yang paling berat ialah saat kami harus tidur di atas pohon dg seutas tali. Sangat menyakitkan. Gue selama beberapa jam ga bisa tidur karena badan gue keram.
Semua ini kayak film thriller kan? Udah ada yang mimisan?
Oke, selanjutnya bukan menjadi ringan. Kami melakukan aktivitas yang bernama longmarch. Apa itu longmarch? Long itu panjang, march itu maret. Pasti kalian heran, apanya yang panjang? Lagian ketika itu bulan Juni, bukan Maret.
Oke gue juga heran, tapi katanya longmarch itu artinya jalan jauh. Kami sih nge’iya’in aja, ga tau itu bener atau emang pembodohan massal.
Kami sudah diberi logistik, meskipun kami harus memasaknya sendiri. Longmarch diawali dengan susur jalan raya sepanjang 28 kilometer dalam sehari. Itu sangat melelahkan, kaki kami semua sangat sakit dan banyak yang melepuh. Setelah melakukan longmarch kami bermalam di hutan yang penuh dengan pohon jati. Namun, 4 dari 6 anggota kelompok saya sakit super parah. Katanya sih ada yang semua badannya kram ga bisa di gerakin. Ada yang bilang meriang akut, mual2 dan pusing. Ada yang bilang ga kuat buat bangun, badannya sakit semua. Dan ada yang berada di antah berantah, kami ga tau dimana (mungkin di ambulan).
Oke, gue bukannya sok kuat, cara jalan gue tetep aja ngangkang ngangkang gara2 kaki gue menyatakan menyerah pada lepuhan dan kapal. Tapi mau gimana lagi, kelompok gue tinggal 2 orang dan yg 1 cewe. Oke, kami bagi tugas. Dia yang masak buat kami berlima, sedangkan gue bikin bivak buat teman2 gue yang keadaannya udah kayak korban perang itu. Kami berharap mereka bisa sehat besoknya, biar ga perlu repot2 gitu lagi. Dan yang jadi masalah utama ialah, kami berdua ga bisa masak pake kayu. Masak pake kayu itu ga semudah yg di bayangin, soalnya kayu yg ada bukan kayu bakar. #kalo ga percaya, coba aja.
Kami bingung dan beberapa kali memutuskan untuk menyerah. Terutama setelah tangan temen gue terbakar. Namun, dengan usaha yang panjang kami tidak menyerah sampai titik darah penghabisan. Setelah beberapa lama, selesai juga nasi dengan aroma yang sangat kami rindukan beserta bubur mi sebagai lauknya. Hanya 3 orang dari kelompok kami yang menikmati hidangan mewah tersebut. Sisanya dinyatakan menyerah dan angkat senjata. Oke, bukannya kami ingin menghabiskan porsi 5 orang untuk 3 dari kami sendiri. Tapi mereka mengatakan kalo lambung mereka mengalami bencana tsunami, sehingga ga bisa makan. Karena demikian, kami berbagi dengan kelompok lain, mengingat ada kelompok yang nasinya tidak matang.
Hari kedua longmarch, jarak yang ditempuh lebih pendek. 14 kilometer menyusuri rel kereta api. Bener2 di atas rel kereta. Jadi setiap ada sirine dan peluit, kami meninggalkan rel tersebut untuk menyelamatkan jiwa raga kami dari bahaya mati konyol terlindas kereta.  Itu sangat melelahkan. Untungnya, selama kami melintasi rel, kami melihat hamparan sawah sejauh mata memandang. Rasanya menenangkan, dan angin berhembus sepoi sepoi. Itulah satu satunya hiburan buat gue yang membuat gue bersemangat melanjutkan dan menahan rasa lepuh telapak kaki gue.
Kami sampai di suatu desa bernama Desa Cilamaya. Dan kami menginap di samping kuburan. Yah benar, kami secara teknis berada di kompleks pemakaman. Namun ruang gerak kami terbatas pada area yang kosong dan belum ada kuburannya. Menurut gue, tempat itu cukup lumayan enak dibandingkan hutan karena ada mushala dan air bersih. Namun, ketika malam menjelang pikiran gue berubah. Nyamuk2 disana sudah mulai brutal. Mungkin karena kami sudah berada di dataran rendah yang cukup hangat bagi keluarga besar nyamuk untuk lestari.
Ada cerita sedikit. Setelah kami sampai, pelatih melakukan shalat di mushala. Dan ada yang meninggalkan sampah teh kotak. Setelah mereka pergi, salah satu teman gue memungut sampah itu dan ternyata masih tersisa separuh dari isinya. Itu seperti harta karun. Kebetulan ada 3 orang di sana, dan gue salah satunya. Pada saat itu gue mendapat sebagian, dan merasa seperti meminum minuman surga. Jadi terbukti, lauk yang paling enak ialah rasa lapar, dan minuman paling nikmat ialah dahaga.
Kemudian dini harinya, kami diangkut dengan truk sapi (ini cara gue menyebut truk yang kami naiki karena harus berdempet2an) menuju suatu tempat. Kemudian kami terhenti di sebuah tempat seperti kebun. Kami diberi kesempatan istirahat hingga tengah hari menjelang.  Gue berfirasat buruk. Yah, dan itu terbukti. Kami digiring menuju tempat yang beraroma laut. Kami menuju pantai dan rawa di daerah Panaruban, Karawang. Kemudian kami menyusuri pantai dan rawa. Oke, ini gak seperti yang kalian bayangkan. Menyusuri pantai itu ga selalu seindah film Baywatch, terutama pantai utara P.Jawa. Pantai ini kotor, banyak sampah berkeliaran dimana-mana. Gue ga ngerti kenapa ini sampah dibiarkan menumpuk di tepi pantai. Apakah akan diekspor ke pulau lain? Oh, mungkin ini menjelaskan kejadian munculnya tumpukan sampah di Pantai Kuta, Bali.
Oke, lanjut ke cerita gue ketika di pantai.
Kami diminta masuk ke rawa2. Airnya saat itu se pinggang kami, ehm, maksudnya sepinggang gue (masalah tinggi ini rada sensitif). Yang jadi masalah ialah, kami juga diminta membenamkan diri, seolah-olah ada serangan udara. Padahal kami saat itu mengenakan perlengkapan lengkap. Alhasil, tas, dan pakaian cadangan kami basah semua. Ssssttt, tapi karena gue paling belakang, gue bisa curi2, sehingga tas gue masih bisa selamat dari bencana.
Oke, kami udah basah, dan cukup asin. Kalo di jemur mungkin kami udah bisa jadi ikan asin, atau bahkan terasi. Namun, kaki kami yang semula sangat sakit, manjadi tidak terlalu sakit dibandingkan sebelumnya. Inilah Power of Air Asin. Kemudian kami berjalan, berjalan, dan berjalan, sehingga badan kami cukup kering, dan  kemudian bermalam di pematang tambak (jalan sempit diantara tambak ikan).
Angin cukup besar di sore hari, dan menurut kami tempat itu cukup nyaman meskipun air yang ada semuanya asin. Namun, hal yang mengerikan terjadi setelah senja dan mentari terbenam. Angin menjadi lembut dan lemah. Muncullah sekeluarga besar nyamuk nyamuk penghisap sapi. Kenapa sapi? Itu karena gigitan nyamuk itu sangat kuat. Gigitannya dapat menembus pakaian, dan begitu menggigit, rasanya seperti ditusuk jarum kasur ( tau jarum kasur ga? Search di google dah). Selama semalam, kami terpaksa melakukan donor darah pada nyamuk nyamuk betina yang ingin bertelur itu (nyamuk yang menghisap darah itu cuma nyamuk betina lho, buat ngasih nutrisi ke telurnya). Oke, di sana kami benar benar mengerti dan merasakan apa yang dimaksud dengan ungkapan ‘Mati satu tumbuh seribu’.
Kami semalaman melakukan perjuangan yang sungguh berat.
Begitu pagi menjelang, kembali muncul angin kuat yang berhembus. Meskipun begitu, masih saja ada satu dua (ribu) nyamuk yang menunggu gilirannya menerima sedekah darah dari kami. Kami menyebutnya nyamuk kopasus. Mereka begitu kuat, terbang melawan angin dan mengincar bagian tubuh kami yang lemah dan terbuka.
Begitu matahari muncul, mereka kabur. Itulah kenapa vampire takut sama matahari, karena nenek moyang vampire adalah nyamuk, atau nenek moyang nyamuk adalah vampire ya? (Bingung sendiri)
Kemudian kami melakukan yang namanya PKP dan Balik Perahu. Ini baru benar benar menyenangkan. PKP itu Pemancangan Kaki Pantai, ga usah di tanya kenapa namanya bisa gitu. Gue juga ga ngerti. Tapi kami benar2 naik perahu, dayung ke tengah laut, balik perahu, masuk kelaut, balik ke pantai, kemudian melakukan konsolidasi. Keren deh, intinya kami (gue) menikmati itu semua. Begitu senja kami bermalam di tempat yang sama seperti sebelumnya. Namun kami telah mengerti bagaimana melawan nyamuk kopasus itu. Gue tidur dengan berbungkus ponco warna hijau, seperti lemper.
Tengah malamnya kami dibangunkan, melakukan perjalanan ke suatu tempat. Digiring melalui pematang hanya dengan cahaya bulan dan bintang. Beberapa kali gue terperosok .
Dan kami benar2 di tekan malam itu. Harus melakukan kegiatan fisik, seperti merayap, jalan jongkok, merangkak, push up, sit up, hingga benar2 lelah. Satu dari teman kami tumbang sebelum garis akhir. Begitu di garis akhir, kami melihat kobaran api. Bukan, bukan,kami bukan mau dijadikan barbeque. Itu merupakan symbol bahwa kami sudah menyelesaikan rangkaian pendidikan dan latihan dasar menwa. Kami dilantik saat itu. Semua rasa sakit, rasa marah, dan lelah hilang berganti dengan sukacita dan harapan. Kami melawan rasa sakit, rasa takut, rasa malas, dan melawan diri kami sendiri dengan sangat keras.
Begitu ini semua selesai, gue sendiri merasakan ada sesuatu dalam diri gue yang berubah. Fisik jelas berubah, namun buat gue mental jauh lebih berubah. Karena disana mental kami benar benar dibentuk.
Itulah cuplikan dari perjalanan menwa gue.
Sebelum kalian berkesimpulan bahwa menwa itu kejam, dan sia sia, gue bakal menyanggahnya. Emang sih kejam, namun itu ga sia2. Gue jadi mengerti yang dimaksud tekad tidak pantang menyerah, kekeluargaan, toleransi, kedisiplinan, percaya diri, keberanian, dan yang paling penting gue belajar untuk komando. Komando itu melakukan sesuai yang diperintahkan. Manusia diperintahkan Tuhan untuk hidup dengan baik dan bermanfaat, maka sebagai manusia gue bakal hidup dengan baik dan bermanfaat. Dan kalo aja negara ini benar2 komando, maka hal-hal seperti korupsi, kolusi dan nepotisme ga bakal terjadi.
Itu aja post gue, gue berharap semoga kalian baik2 aja.
Dadaaaaahhh.

- Copyright © Menwa Unbor - eighTsuN - Suport Kampus (Markas Distrik) - Desain Blog Menwa Unbor -