Popular Post

Posted by : Menwa Unbor Rabu, 05 Juni 2013


Masih Berguna
Fitri AlfarizFakultas Filsafat UGM
Resimen mahasiswa merupakan organisasi yang kegiatannya berbau kemiliteran. Maka, tak sedikit orang menganggap Menwa itu antek militer. Di Menwa itu belajar kemiliteran, organisasi militer, dan hal-hal berbau militer lainnya.
Pandangan ini perlu diluruskan. Menwa terbentuk dari tentara pelajar sekitar tahun 1962. Pada zaman itu, negara kita benar-benar membutuhkan pasukan yang tak hanya hebat fisiknya, tetapi juga cerdas otaknya.
Waktu itu, Menwa dipercaya presiden. Bahkan, pembentukannya di bawah payung hukum Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri, yaitu Menteri Pendidikan, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan. Dengan adanya SKB itu, kehidupan Menwa sungguh sejahtera, segala kebutuhan yang diperlukan selalu terpenuhi.
Bagaimana dengan Menwa kini? Kalau Menwa zaman dulu lebih ditekankan pada kata resimen, Menwa sekarang lebih ditonjolkan pada kata mahasiswa.
Semenjak SKB tiga menteri itu dicabut tahun 2000, ada banyak pergolakan di tubuh Menwa. Bahkan, Reformasi 1998 pun menyuarakan agar Menwa dibubarkan.
Payung hukum Menwa sekarang adalah rektor perguruan tinggi masing-masing. Menwa tak lebih sekadar Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), yang posisinya sama dengan UKM lainnya.
Di Malaysia, sebutan Menwa namanya Palapis. Perbedaannya sungguh besar. Di Malaysia, mereka dibayar, diberi asrama, bahkan ketika lulus langsung menjadi perwira Angkatan Darat.
Di Indonesia, mengikuti Menwa merupakan panggilan hati. Tanpa dibayar, tanpa asrama bagus, tanpa iming-iming jabatan.
Mengapa Masuk Menwa?
Adrian PromediazTeknik Perminyakan ITB 2008, Resimen Mahasiswa Batalyon I/ITB
Menwa, pertama kali mendengar kata-kata itu, yang ada dalam benak saya adalah muda-mudi berseragam tentara yang suka latihan fisik layaknya TNI. Atau, sekelompok orang yang kurang disukai mahasiswa yang berpandangan Menwa adalah militer masuk kampus.
Pandangan itu memang benar, tetapi tak seluruhnya benar. Saya anggota Menwa batalyon 1/ITB, Kompi C. Menwa adalah salah satu unit kegiatan mahasiswa di bidang pendidikan.
Mengapa di bidang pendidikan? Karena pendidikan yang saya ikuti di Menwa memberikan banyak hal untuk kehidupan sehari-hari.
Pertama, kedisiplinan. Memang benar Menwa tak jauh dari militer yang identik dengan sikap disiplin. Hadiah dan hukuman membuat saya terlatih disiplin. Para pelatih tak ”mencari-cari” kesalahan, tetapi menindak kesalahan dan memberi apresiasi setiap prestasi.
Kedua, kepemimpinan. Situasi lapangan mendidik saya berani mengambil keputusan dengan segala risiko, rela berkorban untuk sesama, taktis mencapai tujuan, dan ambisi yang kuat.
Salah satu Tri Dharma perguruan tinggi adalah pengabdian masyarakat. Salah satu contohnya, Batalyon 1/ITB mengirimkan personelnya untuk menolong korban gempa di Tasikmalaya 2009.
Bukan Tentara
Theresia Pare MereInstitut Pertanian Stiper Yogyakarta, Resimen Mahasiswa Satuan 13 Institut Pertanian Stiper Yogyakarta
Menwa ada karena sejarah. Bersikap tegas merupakan ciri yang kemudian dinilai militeristik. Penampilan dari ujung kaki yang bersepatu mirip tentara, sampai ujung kepala menggunakan baret ungu, membuat orang berpikir apakah Menwa ini tentara?
Menwa bukan tentara, tetapi Resimen Mahasiswa, bukan terlatih tetapi berlatih, bukan sok sibuk tetapi semangat, bukan perintah tetapi tanggung jawab, bukan idealis tetapi dedikasi dan loyalitas.
Dalam Menwa, saya mempelajari bagaimana menghormati dan menghargai orang lain, jiwa korsa dan rasa kekeluargaan karena anggota Menwa di kampus saya bukan hanya berasal dari satu daerah, tetapi dari berbagai daerah.
Keberadaan Menwa di kampus modern mengundang banyak pertanyaan, siapa Menwa, apa fungsinya? Banyak teman-teman menilai Menwa adalah polisi kampus dan mengira tugasnya semata-mata menjaga keamanan kampus.
Dalam kesehariannya, kegiatan intern Menwa, contohnya berlatih mountenering, geladi posko, dan bimbingan pemantapan (bintap). Kami juga membantu kampus dalam pelaksanaan kegiatan kampus, seperti ospek.
Apakah hanya dengan menjadi mahasiswa, yang kesehariannya belajar teori atau setelah dari kampus pulang ke tempat kos lalu tidur, kita bisa berkembang? Teori memang penting untuk menjadi pedoman, tetapi itu menjadi tidak berguna saat kita tak pernah mengaplikasikannya di lapangan.
 Dilihat Luarnya Saja
Muh Ahyani RakibTeknologi Pertanian/Fakultas Pertanian Unhas Makassar, Resimen Mahasiswa Indonesia, Rindam VII Wirabuana, Pakkatto, Gowa
Apakah Menwa masih militeristik? Resimen mahasiswa memang tak bisa dipisahkan dengan militer. Sebagai organisasi kemahasiswaan yang berbasis bela negara, untuk mendapatkan latihan bela negara atau olah keprajuritan, pastilah yang melatih militer.
Anggapan mahasiswa tentang Menwa terlalu terdikotomi oleh sejarah kelam militer di negara ini, sehingga Menwa ikut ditafsirkan sebagai perpanjangan militer.
Selama saya di Menwa, sedikit pun kami tak pernah dimanfaatkan golongan tertentu. Menwa dapat menjadi contoh pelebur dikotomi sipil-militer dalam masyarakat.
Singkatnya, ilmu resimen kami dapatkan dari militer, dan ilmu mahasiswa kami dapatkan dari kampus, untuk mewujudkan Tri Dharma perguruan tinggi untuk pengabdian kepada bangsa.
Apa dampak positif-negatifnya bagi kampus modern? Kampus Unhas bukan hanya kampus modern dan terbesar di Indonesia timur, tetapi juga kampus yang memiliki dinamika gerakan kemahasiswaan yang cukup keras dan kompleks.
Dalam tulisan dosen Unhas sekaligus pakar politik dan sosial, Dr Abdul Gaffar, yang melakukan survei kepada mahasiswa Unhas mengenai keberadaan Menwa, ternyata sekitar 70 persen mahasiswa Unhas sangat menginginkan Menwa tetap eksis, 20 persen berpendapat 50:50, dan 10 persen menolak.
Ketika ditanya tentang sikap disiplin, 70 persen mahasiswa menginginkan Menwa menjadi pioner dalam memberi contoh disiplin. Ini menandakan Menwa berdampak positif terhadap perkembangan kampus modern.

- Copyright © Menwa Unbor - eighTsuN - Suport Kampus (Markas Distrik) - Desain Blog Menwa Unbor -